Published On:Jumat, 06 Mei 2016
Posted by Unknown
Re-Branding PKS Ala Anis Matta VS Sohibul Iman
Politik
pasti akan menemui dua hal, yaitu konflik dan musuh. Itu dua hal yang menjadi
keniscayaan ketika kita terjun dalam dunia politik.
~Anis
Matta~
Apa yang dikatakan Anis Matta, mantan Presiden PKS di atas beberapa
tahun silam benar adanya. Itu alasan Anis mengapa ia baru mau masuk ke senayan
menjadi anggota DPR RI beberapa tahun setelah ia menjadi Sekjen DPP PKS hingga
tiga periode.
Dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi nasional,
Anis pernah mengungkapkan bahwa dirinya merupakan pribadi yang mudah terharu
dan perasa atau memiliki darah seni sehingga perasaanya halus, sementara
politik harus rasional. Penggabungan itulah yang membutuhkan waktu bagi Anis
Matta untuk mau terjun ke dunia politik.
Meski hanya beberapa saat menjadi politisi di senayan, namun
Anis tergolong sukses dan menjadi seorang leadership
yang telah teruji kepiawaiannya mengelola konflik. Bagaimana tidak, menjadi
pemimpin disaat partai sedang dihantam badai. Tak tanggung-tanggung badai itu
datang dari segala penjuru dan ia sukses mengatasi itu semua. Kader yang semula
lesu, loyo ia support dengan orasinya
yang penuh optimisime. Idealnya seorang pemimpin memang orator juga, karena dia
akan lebih banyak bicara di depan publik. BACA JUGA: Manajemen Krisis Ala PKS.
Salah satu kepintaran Anis adalah melakukan Re-Branding PKS.
Dari tagline sebelumnya Peduli, Bersih
dan Profesional ia ganti dengan Cinta,
Kerja dan Harmoni. Di bawah kepemimpinan Anis, kader PKS juga dibawa
pandanganya, mainstreamnya ke
gelombang yang lebih menantang yaitu pertarungan global. Anis membawa cara
berpikir kader PKS ke dalam percaturan global, jadi ia tidak lagi hanya mengajak
kader PKS untuk memikirkan Indonesia semata, namun bagaimana kader PKS bisa
menatap dunia.
Untuk itu kader PKS harus mulai melakukan penataan cara pandang,
skill dan kemampuan komunikasi lintas negara. Sebab kader PKS tidak lagi
membawa bendera PKS melainkan bendera Indonesia.
Ini tersirat jelas dalam setiap pidato orasi Anis Matta
selama rentang ia menjadi Presiden PKS. Dalam sebuah kunjungannya ke Kompas, ia
mengeluarkan statement filosofi yang
original dan belum diungkapkan oleh ketua partai manapun. Siapapun yang memimpin Indonesia maka dia harus menjadi OTAKnya
Indonesia, HATInya Indonesia dan TULANGPUNGGUNG Indonesia.
Itulah statement filosofis Anis yang menurut saya original. Dan dalam sejarah kepemimpinan, seorang leadership selalu mengeluarkan statement filosofis. Soekarno misalnya, banyak statemen filosofisnya yang sampai sekarang mengguggah, seperti Jas Merah, Jangan Lupakan Sejarah atau Berikan Aku 10 Pemuda Maka Akan Rubah Dunia. Dan deretan pemimpin bersejarah di dunia selalu memiliki statement filosofis.
Itulah statement filosofis Anis yang menurut saya original. Dan dalam sejarah kepemimpinan, seorang leadership selalu mengeluarkan statement filosofis. Soekarno misalnya, banyak statemen filosofisnya yang sampai sekarang mengguggah, seperti Jas Merah, Jangan Lupakan Sejarah atau Berikan Aku 10 Pemuda Maka Akan Rubah Dunia. Dan deretan pemimpin bersejarah di dunia selalu memiliki statement filosofis.
Kembali pada tema tulisan Re-Branding. penulis melihat
tagline yang digaungkan Sohibul Iman seperti ingin menyampaikan kepada kader
dan publik bahwa ia ingin mengembalikan PKS ke momentum beberapa tahun silam.
Re-Branding ala Sohibul Iman seolah-olah ingin mengatakan bahwa ada arah
perjalanan PKS yang “melenceng”, terutama dari sisi cara pandang terhadap
partai dakwah PKS dari sisi pemolesan. Meski belum ada statement resmi tentang
arah PKS dibawah Sohibul Iman secara eksplisit, namun nuansa itu tampak terasa
dibeberapa aktivasi branding yang dilakukan belum lama ini.
Seperti Lomba Baca Kitab Kuning, Lomba Kosidah dan lain
sebagainya. Ini sangat berbeda dengan Anis Matta, dia justru ingin membawa PKS
menjadi partai yang sudah sewaktunya memikirkan dinamika Indonesia dalam
percaturan global. Bahkan ia kaitkan dengan warna KeIndonesiaan, dimana
Indonesia selayaknya menjadi pelopor tentang dinamika global karena punya
sumber daya manusia yang memadai dan itu pernah dilakukan oleh founding father negara ini.
Anis Matta memberikan injeksi baru terhadap kader PKS
tentang cara pandang Islam terhadap Indonesia, terhadap dunia. Seolah-olah Anis
Matta ingin mengatakan secara gamblang bahwa kader PKS sudah cukup memiliki
bekal Agama, hanya saja wawasan keIndonesiaa dan Internasional yang mesti
digenjot supaya bisa diterima seluruh kalangan. Ia pernah mengatakan bahwa
kader PKS harus menjadi leaderhip,
bukan karena KeIslamannya melainkan karena kemampuannya menjadi pemimpin.
Biarlah orang melihat latarbelakang seseorang setelah publik
melihat kecakapannya dalam memimpin. Memimpin yang dimaksud Anis tentu secara
global, baik di lingkungan birokrasi, institusi negara maupun internasional.
Re-Branding ala Sohibul Iman agak berbeda dengan Anis Matta. Dari sisi kata
saja, Berkhidmat, kata ini menurut penulis kurang mengiggit, karena butuh
berpikir lagi untuk menterjemahkan kata Berkhidmat.
Padahal idealnya sebuah tagline itu harus sederhana, jelas
dan orang tidak perlu mikir untuk membaca kata tersebut.
Jangankan kalangan grassroot, kalangan terdidik seperti
mahasiswa saja butuh mikir terlebih dahulu untuk memaknai kata Berkhidmat. Tentu Sohibul sebagai sang
nahkoda memiliki alasan tersendiri tentang hal itu. Re-Branding ini merupakan
kali ketiganya setelah sebelumnya kata Bersih dan Peduli lalu di Re-Branding
dengan menambahkan kata profesional dan menjadi Bersih, Peduli, Profesional. Dan oleh Anis Matta dirombak total
menjadi Cinta, Kerja dan Harmoni. Dan
Sohibul Iman pun merombaknya lagi menjadi Berkhidmat
untuk Rakyat.
Brand itu penting karena dari brandlah publik bisa membaca arah sebuah organisasi atau
partai. Diakhir tulisan, penulis
sampaikan apa yang diulas diatas bukanlah membanding-bandingkan antara Anis
Matta dan Sohibul Iman, karena Anis bukan Sohibul atau sebalikanya Sohibul
bukanlah Anis. Keduanya memiliki latarbelakang yang berbeda.
Anis memiliki pergaulan lintas budaya, agama dan ras sejak
masa belia sehingga ini memengaruhui cara berpikirnya.
Ia tidak memandang
sebuah persoalan dari sudut kacamata internal semata, namun ia pandai
merangkainya dari berbagai sudut pandang sehingga meski muda ia tampak lebih
bijaksana. Masa kecil Anis pernah di sekolah milik umat Kristen, pernah sekolah
milik Muhammadiah, pernah sekolah di institusi pendidikan milik NU.
Anis juga pernah menempuh pendidikan di Lemhanas. Dan
sebagaimana ahli psikologi sampaikan bahwa masa kecil seseorang sangat memiliki
pengaruh terhadap karakter dan cara berpikir seseorang ketika dewasa dan itu
tidak bisa dipoles atau hilangkan, karena itu karakter original seseorang.
Inilah yang kemudian mayoritas kader muda, yang lahir 80-an menyukai gaya Anis,
bukan semata-mata Anis Presiden PKS tetapi lebih kepada lifestyle dan gaya
kepemimpinan Anis Matta yang kalau bahasa gaulnya Anis Matta, Gue Banget.
Karakter original yang dipengaruhi masa kecil tidak bisa
diubah, kalaupun berusaha dipoles hanya berubah sesaat, tapi suatu ketika akan kembali
kepada karakter aslinya sebagaimana dipengaruhi masa-masa kecil. Itu makanya
Nabi Muhammad SAW dalam pengkaderannya tidak mengubah karakter Umar Bin Hatab,
yang garang dan blak-blakan. Nabi Muhammad SAW sepertinya mengerti aspek
psikologis Umar, dia mantan “preman”, jawara dan itu telah mewarnai karakter
Umar Bin Hatab. Nabi Muhammad SAW juga paham, bahwa orang seperti Umar
dibutuhkan dalam suatu momentum dan itu terbukti dalam beberapa kali momentum.
Ketika tidak ada sahabat Nabi Muhammad SAW yang berani
mengantarkan Rasulullah keluar untuk menyampaikan dakwah terbuka maka disitulah
Umar bin Hatab memainkan perannya dan terbukti memiliki manfaat besar bagi umat
Islam, karena sahabat yang semula takut menjadi berani karena ada sosok Umar
Bin Hatab.
Kembali kepada Re-Branding ala Sohibul Iman. penulis memang
belum memiliki histori masa kecil Sohibul iman, dari beberapa literature yang
tersebar, Sohibul Iman mendapatkan warna
heterogonitasnya sepertinya baru ia dapatkan setelah dewasa dan itu bukanlah
karakter original seseorang. Sohibul adalah seorang akademisi alumni salah satu
Universitas di Jepang dan pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina,
Jakarta, dimana tokoh kontroversial Nurkholis Majid pernah bernaung diinstitusi
tersebut.
Sebagai seorang peneliti tentu akan berbeda cara pandangnya
dengan seniman, Anis Matta adalah seniman politik. Ia pandai berpuisi, ia juga
pandai mengurai kata menjadi lebih bermakna. Itu makanya pidatonya renyah
didengar dan membuat detak kagum yang mendengarkannya.
Namun yang pasti dan realitasnya, Presiden PKS sekarang
adalah Sohibul Iman bukan Anis Matta. Siapa nanti yang akan menggantikan
Sohibul Iman? Tentu memiliki cara pandang yang berbeda dan pasti akan mewarnai
arah dan kebijakan partai.
Penulis: Karnoto
Chief in Editor Banten Perspektif.Com (Banten Family
Networking)
Studi Marketing Communication Advertising di Univ. Mercu
Buana, Jakarta.