Published On:Minggu, 01 Mei 2016
Posted by Unknown
Membaca Strategi ReBranding Andika
Branding bagi personality itu penting, karena dari sinilah seseorang bisa ditatap, dibaca arah dan maksud yang akan dikerjakan. Namun terkadang menentukan branding tidaklah mudah karena harus mengkaji keperibadian seseorang dan filosifie share persnolity yang bersangkutan. Terkadang di tengah perjalanan seseorang juga melakukan ReBranding karena dinamika yang tidak menguntungkan terhadap persnolity.
Arie Peterpen pernah melakukan ReBranding, disaat dirinya ternoda oleh kasus asusila. Manajemen tentu membaca bahwa akan rugi jika Peterpen tidak melakukan ReBranding. Manajemen pun melakukan Re-Branding dengan mengubah nama menjadi Noah. Dan hasilnya cukup sukses karena Ariel masih eksis hingga saat ini.
Ini tentu akan berbeda jika tidak dilakukan Re-Branding. Stigma buruk akan tetap menghinggapi Ariel dan Peterpen, karena keduanya tidak bisa dipisahkan. Bicara Ariel ya Peterpen, bicara Peterpen ya Ariel. Nah, lalu bagaimana dengan Andika Hazrumy yang juga melakukan Re-Branding dari Pemuda Berkarya, I Love AA menjadi Pemuda Juga Bisa?
Jika melihat proses pergantian dan gonta-gantinya branding Andika, tampaknya cara kampanye Andika masih dilakukan konvensional dan belum memakai jasa konsultan. Sebab penentuan branding personality meski hanya menentukan kata tapi sangat menentukan. Sebagai contoh branding Jokowi dengan tagline Jokowi Adalah Kita, talgine ini cukup mengena karena Jokowi dengan tampilanya mewakili sebagian besar warga Indonesia. Meski pada akhirnya tagline tersebut tidaklah sepenuhnya benar.
Banten Perspektif pernah menulis Branding Andika beberapa waktu lalu ketika masih menggunakan branding Pemuda Berkarya dengan tagline I Love AA. Tagline ini sempat ramai di publik. Namun selang beberapa bulan tagline tersebut diubah dan kini menjadi Pemuda Juga Bisa. ReBranding ini merupakan bagian dari strategi. Sebab branding I Love Aa, dipandang kurang mencerminkan intelektualitas Andika. Meski pada branding terbaru masih mencantumkan tagline I Love AA, namun tagline tersebut bukan menjadi headline advertisingnya.
Tim rupanya ingin mempositioningkan sosok Andika sebagai anak muda yang akan bisa melakukan berbagai hal untuk kemajuan Banten. Itu makanya tim melakukan ReBranding 'Pemuda Juga Bisa". Jika dilihat dari teori Komunikasi Pemasaran, hal ini tentu sesuatu yang wajar dan memang mesti dilakukan jika branding sebelumnya dirasa kurang menguntungkan.
Namun demikian, ReBranding ini akan dibaca dan memunculkan tanda tanya dari publik. Apa karya Andika selama ini, selain menjadi pimpinan organisasasi kemasyarakatan? Jika karyanya hanya menjadi pimpinan Ormas, ini tentu tidak sebanding dengan potensi yang dimimiliki Andika, dimana ia memiliki akses kekuasaan, support dana yang cukup besar.
Publik pasti akan menuntut, semestinya Andika bisa lebih berperan besar ketimbang hanya menjadi pimpinan ormas seperti sekarang ini. Kalau Andika membuat program yang sifatnya "akan" maka ini tidak sebanding dengan modal yang ia miliki selama ini. Apalagi ibunya pernah menjabat sebagai Gubernur Banten, sedangkan bibinya (Ratu Tatu Chasanah dan Airin Rahmi Diany) juga menjadi kepala daerah, belum lagi saudaranya Tubagus Haerul Jaman yang menjadi Walikota Serang.
Mungkinkah Andika akan melakukan ReBranding kembali?
Penulis | Karnoto | Chief in Editor | www.bantenperspektif.com