Headlines
http://www.mahartibrand.com/

Published On:Jumat, 26 Februari 2016
Posted by Unknown

Musdah Mulia; Profesor Kontroversial; Mulai Tolak UU Anti Pornografi Sampai Bolehkan Perkawinan Sejenis

Jika ada isu yang terkait dengan Islam, Musdah Mulia paling rajin diundang sejumlah media. Maklum, wanita yang memiliki gelar profesor ini terbilang kontroversial. Mulai dari getolnya dia menolak Undang-undang Anti Pornografi sampai terakhir perihal perkawinan sejenis pun ia bolehkan. Sindiran sering dialamatkan ke wanita ini, ia sering ditanya balik. Misal, ia pernah ditanya perihal bagaimana perasaan Anda ketika anak Anda mengikuti apa yang Anda bolehkan, yaitu melakukan perkawinan sejenis.

Ketika ditanya mengapa melakukan hal yang kontroversial, Mufidah sebagaimana dikutip dalam tokohindonesia. com,  berdalih bahwa dirinya  meyakini Islam sebagai nilai yang begitu luhur, tetapi mengapa tidak fungsional dalam kehidupan umatnya. "Islam hanya berhenti sebagai ritual, simbolik. Sayang sekali karena seharusnya nilai-nilai yang begitu luhur dapat membangun kehidupan yang lebih adil, lebih egaliter, lebih demokratis," katanya.

Cara pandang sang profesor pun langsung terbantahkan. Referensi yang dijadikan argumen bahwa selama ini Islam hanya dijadikan simbolik dan ritual berasal dari mana? Apakah hanya melihat seseorang atau sekelompok orang lalu langsung dijustifikasi hal seperti itu. Untuk mengambil referensi hukum seharusnya Mufidah tidak berpegangann pada figure seseorang, kelompok maupun negara tertentu, tapi ambilah dari sumbernya langsung. Jika memakai hukum tapi menggunakan patokan figure seseorang atau kelompok maka pasti akan terjadi kekacauan.

Misal, soal hukum perkawinan sejenis dan mengenakan hijab bagi para muslimah. Di dalam Al Quran sudah jelas dan ini didukung oleh pendapat seluruh ulama  bahwa memakai jilbab itu perintah Agama artinya wajib, yang berbeda adalah apakah jilbab harus menggunakan cadar atau hanya telapak tangan dan wajah yang dibolehkan terbuka. Ini masih berbeda dikalangan ulama, jadi bukan masalah jilbab wajib atau tidak, tapi lebih kepada perbedaan hal di atas.

Perihal perkawinan sejenis pun semestinya Mufidah menggunakan referensi langsung dari sumber umat Islam, bukan patokan pada negara, figur seseorang atau kelompok tertentu. Tapi sumber dari Kitab Suci Al Quran, dimana dalam surat Al-Ankabut: 28-29 jelas dikatakan bahwa hal semacam itu tidak dibolehkan alias haram.  

Ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki (homosex), menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” [Al ‘Ankabuut 28-29]

Mengapa harus menggunakan patokan sumbernya langsung? Alasan paling utama supaya tidak salah kaprah. Kalau mengambil patokan bukan dari sumbernya maka yang akan terjadi kerancuan. Misal, ketika ada seorang wanita muslim bertanya, mengapa anak Anda tidak memakai jilbab? Lalu tinggal katakan, lah wong Si Anu yang bapaknya ustad saja anak perempuannya tidak pakai kok. Kalau hal ini yang kita tiru maka seseorang akan menolak shalat, haji dan lain sebagainya dengan cukup mengatakan, lah wong itu Si Anu saja tidak shalat kok, Lah wong si Anu saja tidak haji kok.

Dalam konteks umum misalnya, ketika kita ditanya perihal sekolah. Mengapa kamu tidak sekolah, lah wong Si A yang bapaknya guru saja tidak sekolah kok, apakah logika seperti ini yang akan digunakan dalam mengamil perkara hukum? Tentu ini cara yang keliru karena lagi-lagi untuk mengambil hukum jangan didasarkan pada figur seseorang, kelompok maupun negara tertentu, tapi ambilah dari sumber hukumnya.

Sayang meski bergelar profesor tapi Mufidah keliru dalam mengambil referensi hukum, semestinya ia tidak berpatokan pada negara, figure atau kelompok tertentu yang jelas pasti masing-masing memiliki adat dan budaya yang berbeda termasuk hidden agenda (agenda tersembunyi-red), yang boleh jadi kita tidak tahu atau bahkan Mufidah sendiri tidak tahu hidden agenda tersembunyi tersebut. Atau Mufidah sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu? Hanya Mufidah dan yang Maha Besar, Allah SWT yang tahu.

Redaksi Banten Perspektif



Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2343-muslimah-yang-berani-bersuara
Copyright © tokohindonesia.com
Saya meyakini Islam sebagai nilai yang begitu luhur, tetapi mengapa tidak fungsional dalam kehidupan umatnya. Islam hanya berhenti sebagai ritual, simbolik. Sayang sekali karena seharusnya nilai-nilai yang begitu luhur dapat membangun kehidupan yang lebih adil, lebih egaliter, lebih demokratis

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2343-muslimah-yang-berani-bersuara
Copyright © tokohindonesia.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Banten Perspektif

Update Unknown News 20.00.00. . Terima Kasih Atas Kesediaanya Membaca Informasi Kami Semoga Bermanfaat. Dan Memberikan Inspirasi



http://www.mahartibrand.com/

http://www.mahartibrand.com/

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://web.facebook.com/noq.murni?fref=ts" target="_blank"><img alt="https://web.facebook.com/noq.murni?fref=ts" border="0" height="300" src="https://4.bp.blogspot.com/-vIXz1XhHsYg/WE-AhcvoNMI/AAAAAAAAHw8/0hCnsxXCGVImwVbku0YT1RdYH-ruTwPbQCLcB/s300/3.jpg" width="320" /></a></div> <br />



    Blog Archive