Published On:Jumat, 04 Maret 2016
Posted by Unknown
# Kisah Doktor Anton Jadi Menteri [BAGIAN-1]: Sang Calon Menteri Disangka Sopir Pribadi
Di tengah terik matahari tampak beberapa
mahasiswa S2 dan S3 Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Di
depan mahasiswa ini, berdiri sosok dosen yang sedang memberikan materi kuliah
komponen organic. Ia adalah Anton Apriyantono, salah satu dosen favorite di
kampus ternama tersebut. Sedang asyik-asyiknya mengajar, tiba-tiba handpone
butut Anton bordering.
Anton pun meminta izin keluar kepada mahasiswa
beberapa saat untuk menerima telepon yang masuk. Sambil membawa handpone keluar
Anton melihat di HP tidak ada nama, artinya itu nomor asing yang belum ia kenal
atau dimasukan dalam phonebook. “Ini dari Sudi Silalahi (Mensesneg era SBY).
Anda diminta datang ke Cikeas pukul 11.30,” kata Sudi kepada Anton.
“Wah ga mungkin Pak. Ini saya masih di Dermaga
(kampus IPB), sedang mengajar. Untuk ke Bogor saja perlu waktu satu jam,” jawab
Anton. “Sudah datang saja secepatnya. Kami tunggu,” kata Sudi. Anton pun
bergegas dan meminta izin kepada para mahasiswa yang sedang diajar. “Mohon maaf
kuliah ga bisa diselesaikan, saya dipanggil ke Cikeas,” kata Anton kepada
mahasiswa yang hadir saat itu.
Kontan saja para mahasiswa pun langsung ramai. “Wah,
Bapak mau diangkat jadi menteri ya? Selamat Pak, kami turut senang nih,” kata
para mahasiswa. Singkat cerita, Anton pun bergegas meluncur ke Cikeas.
Sebelumnya ia meminta salah seorang namanya Akhmad untuk menemaninya nyetir,
namun karena Akhmad tidak tida bisa nyetir keluar kota maka Anton pun menyetir
sendiri mobil kijang super 1996.
Sampailah Anton dan Akhmad masuk ke kawasan
Cikeas, di depan pintu gerbang SBY, Paspamres langsung meminta Anton yang
menyetir mobil memarkirkan kendaraannya tersebut, sedangkan Akhmad yang duduk
disamping Anton langsung diminta masuk ke pendopo. “Mereka mengira Pak Akhmad
yang dipanggil SBY, sedangkan saya dianggap sopir. Ha ha ha ha ha,” kata Anton.
Itulah Anton, ia tak pernah menganggap dirinya
paling istimewa dan lupa daratan meski memiliki segudang ilmu, penghargaan
termasuk saat menjadi menteri. Sampai sekarang ia tetaplah Anton, sosok yang
rendah hati dan kalem.