Published On:Kamis, 17 Maret 2016
Posted by Unknown
Jelang Deklarasi KA KAMMI Banten [Bagian-1]; Masa Uji Publik Alumni KAMMI
Dulu kata demonstrasi seperti menjadi emblem di almamater mahasiswa karena seperti menjadi kesepakatan non formal semua gerakan mahasiswa. Namun kini kata tersebut menjadi debatable seiring dengan realitas sosial politik yang terjadi saat ini. Apakah aksi, demikian KAMMI sering menyebutnya, masih efektif atau sudah usang atau kondisional saja. Lebih ekstrimnya lagi, aksi hanya untuk menggugurkan kewajiban status aktivis untuk sekadar gengsi, masa anak KAMMI ga pernah aksi, apa kata gubernur nanti.Kata Aksi semakin meredup seiring dengan jargon KAMMI yang baru yaitu Muslim Negarawan, penerjemahannya kurang lebih KAMMI harus mulai berani berperan lebih dalam ke lini-lini profesi sehingga keilmuannya mendapat pengakuan publik. Sederhananya, para alumni yang doyan politik didorong menjadi politisi, yang ingin menikmati dunia pendidikan harus mampu menjadi guru yang baik bukan seperti guru pada umumnya, guru yang berani, cerdas dan cekatan.
Begitu pula alumni KAMMI yang suka literasi bisa menekuninya sampai menjadi tokoh, dan mereka yang menyukai tantangan birokrasi didorong supaya masuk dan menjadi birokrat. Alumni KAMMI yang memiliki insting bisnis pun didorong supaya menjadi pengusaha. Jargon ini bunyinya lebih nyaring ketimbang jargon aksi dalam konteks aksi jalanan. Dan menurut hemat penulis memang semestinya begitu, apalagi ini bicara alumni.
Para alumni KAMMI bukan lagi bekerja di ruang hampa, tapi sudah lebih spesifik dan aplikatif sesuai dengan skill yang diyakininya bisa dilakukan. Bukan lagi bicara "akan" melainkan sedang. Sekarang merupakan masa imun dan daya imun para alumni sedang memasuki fase pengujian pasca menjadi aktivis KAMMI. Bukan hanya perkara ujian materi, namun para alumni juga sedang diuji bagaimana kemampuan problem solving dalam konteks komunitas KAMMI.
Lebih dalam lagi perihal kematangan yang didasarkan pada kepentingan kolektif bukan kepentingan atau hubungan antar pribadi antar alumni atau hubungan di luar KAMMI, ini juga tengah memasuki fase pengujian. Penulis berpandangan, deklarasi Keluarga Alumni KAMMI Banten yang akan dideklarasikan pada awal April 2016 menjadi sebuah keniscayaan. Menghimpun potensi alumni yang berserakan, merangkai ide dan gagasan yang selama ini berjatuhan tanpa ada tadah yang bisa menampungnya menjadi momentum berharga.
Dalam konteks nasional, deklarasi ini menjadi momentum tepat seiring dengan adanya bonus demografi yang akan dinikmati oleh Indonesia. Para alumni KAMMI adalah salah satu yang ada di dalam bonus demografi tersebut dan akan menentukan arah pembangunan nasional dan daerah dalam konteks Banten.
Alumni KAMMI harus menyudahi kisah-kisah romantisme masa lalu karena zaman terus bergerak. Perlalihan dari generasi ke generasi KAMMI menjadi gudang suplai generasi baru. Tentu setiap generasi memiliki masanya, namun yang pasti alumni KAMMI kalau dalam studi Marketing Communication sering dibahas dan dikatakan sebagai Generasi Y atau lebih spesifik Rhenald Kasali, Guru Besar Ekonomi UI menyebutnya Gen-C (Generasi Cyber).
Karakter GEN Y atau GEN-C jelas berbeda dengan generasi yang sering disebut dengan Baby Boomer atau GEN X. GEN Y memiliki karakter fanatik terhadap sosial media, kehidupannya tak bisa lepas dari teknolgi informasi. Dan Alumni KAMMI masuk dalam kategori GEN Y atau GEN-C.
Sebetulnya masa peralihan generasi di KAMMI lebih beruntung karena memiliki denyut nadi yang bisa membantu supplai oksigen pergerakan sehingga bisa memperpanjang nafas pergerakan. KAMMI juga beruntung karena memiliki kekhasan sebagai komunitas "anak ngaji" sebagai sel darah putih untuk melawan virus negatif yang sering masuk dalam persendian gerakan KAMMI secara halus yang terkadang logis tapi sesungguhnya menyesatkan. Dan tak kalah penting lagi adalah bahwa para Alumni KAMMI juga sedang memasuki fase pengujian publik.
Oleh karena tengah memasuki masa pengujian wajar jika pukulan, kritik semakin tajam karena publik mulai melihat secara nyata. Secara nasional, masa uji tersebut tengah memasuki setengah perjalanan dimana beberapa alumni mulai masuk ke ranah publik. Salah satunya adalah Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR RI yang namanya go public. KAMMI dan Fahri dalam konteks posisinya sebagai mantan Ketua KAMMI Pusat jelas memiliki hubungan emosional yang kuat mengingat ia adalah deklarator sekaligus Ketua Umum KAMMI Pusat yang pertama kali.
Penulis: Gigih Al Fasya
Editor: Karnoto