Published On:Kamis, 24 Maret 2016
Posted by Unknown
Dua Hal Ini Tak Bisa Dihindari Dari Arena Politik
Politik, ehem...kata ini mulai melejit dan makin tenar tatkala ribuan mahasiswa dan elemen masyarakat Indonesia menuntut Soerharo mundur dari Presiden RI, karena dianggap KKN. Kata Reformasi kian melanting seiring dengan jatuhnya Soeharto. Sejak saat itu politik menjadi menu sehari-hari rakyat Indonesia mulai dari kalanga elit sampai kalaga proletar atau kelas bawah.Ini kemudian berlanjut hingga sekarang dan gaungnya semakin terasa nyaring terdengar seiring denga aturan pemilihan kepala daerah secara langsug. Rakyat semakin pintar bicara politik bahkan lebih garang daripada politisi itu sendiri.
Pada setiap momentum Pilkada warga kecil terlihat cukup lihai dalam mengatur strategi memeagkan jagoanya, mulai dari pengaturan masa dari keluarga mereka sendiri, tingkat RT, RW, keluraha, kecamatan sampai tingkat kabupaten.
Dari sinilah kemudian konflik dan permusuhan mulai menyalah, terkadang antar keluarga berbeda pilihan dalam politik dan menimbulkan percikan konflik. Tak jarang mereka yang tidak siap mental terpaksa terpental dan memilih menepi. Ini terjadi bukan hanya dikalangan kelas bawah, sejumlah orang yang dulu pernah terlibat aktif dalam politik akhirnya memilih menepi dari hingar bingar politik karena tidak tahan dengan konlfik dan permusuhan.
Sebagian dari mereka ada yang beralibi ingin menekuni dunia bisnis, mengurus keluarga dan mau menikmati hari tua tanpa diganggu dengan urusan politik. Ini pilihan seseorang namun sekaligus menandakan bahwa orang model ini tidak siap dengan dunia politik, hanya mau nikmatnya saja tetapi tidak mau belajar dan bersadar dalam dinamika politik yang pasti akan menemui dua hal yaitu musuh dan konflik.
Pada akhirnya siapapun Anda yang ingin terjun dalam dunia politik maka siapkanlah mental, karena konflik dan musuh pasti akan Anda temui. Jika merasa tidak suka dengan dua hal di atas maka jangan sekali-kali terjun ke dalam dunia politik, tapi pilihan medan lain yang lebih siap.
Penulis: Karnoto