Published On:Kamis, 08 Desember 2016
Posted by Unknown
Gerakan Jihad di Sosial Media Menggema
BANTENPERSPEKTIF.COM, BANTEN --- Para aktivisi Islam dari berbagai gerakan dan umat Ilsam secara umum kini makin gencar menyerukan Jihad melalui Sosial Media. Sebab pengalaman sebelumnya, posisi umat Islam terdesak oleh ulah-ulah phobia Islam. Mereka menyudutkan dan mencaci dan memengaruhi opini melalui penyebaran informasi di sosial media.Namun kini umat Islam menyadari hal itu dan membuat Gerakan Jihad di Sosial Media. Gerakan ini terbukti ampuh memukul mundur orang-orang yang selama merasa menang. Beberapa isu berhasil dieliminir bahkan menjadi serangan balik. Aksi Super Damai 212 di Jakarta, beberapa waktu lalu merupakan titik awal momentum tersebut.
Pasukan Cyber dari umat Islam bergerak, saling tukar informasi dan mengcounter isu yang merugikan umat Islam. Bahkan mereka melakukan "serangan" balik dengan tingkat soliditas yang cukup mengejutkan. Padahal tidak ada komando secara khusus, melainkan kesadaran dari pribadi masing-masing.
Isu apa saja yang selama ini berhasil dipatahkan Gerakan Jihad melalui Sosial Media? Berikut catatan Banten Persepektif.
1. Isu rusaknya taman saat aksi November 2016, pasukan cyber umat Islam langsung menyerang balik ke stasisun televisi yang dinilai tendensius tersebut. Tak hanya itu, mereka juga berhasil mengunggah foto rekayasa perbaikan taman yang ingin memberikan kesan bahwa aksi dari sebelah adalah aksi simpati, sedangkan aksi umat Islam hanya merusak.
2. Aksi Kebhinekaan di Hotel Indonesia. Ketika itu, Eva Sundari, politisi dari PDI Perjuangan mengunggah foto aksi tersebut di twitter yang ingin memberikan opini bahwa jumlah aksi Kebhinekaan masanya banyak. Namun Eva langsung mendapat serangan dari pasukan cyber kalau foto yang diunggah tersebut bukanlah aksi Kebhinekaan seperti yang ditulis Eva, melainkan massa kampanye PDI Perjuangan ketika kampanye.
3. Aksi Super Damai 212, Gerakan Jihad di Sosial Media kembali memenangkan "pertempuran" di dunia maya dengan menang telak. Mereka ramai-ramai mengupload foto aksi yang super damai. Tidak ada taman rusak, tidak ada kerusuhan dan damai. Mereka membandingkan dengan aksi 412 AkuIndonesia yang berlangsung kacau. Tak hanya sampah berserakan, taman rusak, tapi juga pelanggaran aturan dimana kawasan Car Free Day seharusnya tidak digunakan untuk partai, namun ternyata panitia memakainya dengan membawa atribut partai. Bantahan panitia pun tidak masuk akal.
4. Kasus MetroTV, stasiun ini dianggap tendensius ketika memberikan perihal gerakan Islam. Gerakan Jihad melalui Sosial Media pun membuat Petisi Boikot MetroTV dan angka orang yang menandatangani petisi tersebut mencapai puluhan ribu.
4. Sari Roti. Ini yang paling baru, dimana Gerakan Jihad melalui Sosial Media secara serentak melakukan aksi kekecewaanya terhadap perusahaan atas pres release yang dikeluarkan mereka, terkait adanya salah seorang pemborong Sari Roti lalu membagi-bagikan kepada peserta Aksi 212. Gerakan ini menyerukan untuk mengganti Sari Roti dan tidak membelinya lagi. "Kalau mereka berani melupakan jutaan pelanggan untuk memperjelas posisi mereka, kenapa kita tidak berani kehilangan sari roti untuk memperjelas posisi kita," demikian salah satu postingan dari para netizen.
Selain di atas, Gerakan Jihad melalui Sosial Media juga sedang memanfaatkan momentum untuk menguatkan kebangkitan ekonomi umat. Dari sejumlah daerah di Indonesia bahkan sudah ada muncul sejumlah pengusaha roti dan gerakan ini pun mendorong agar membelinya.
Penulis | Karnoto | Chief in Editor | www.bantenperspektif.com