Published On:Minggu, 11 Desember 2016
Posted by Unknown
Menanti Musim Salju di Turki
“Hei, Kar gibi gelsene,” Hai kamu, datanglah seperti salju.
Kata-kata yang sering dilontarkan muda mudi turki kepada pujaan hatinya. Tanya kenapa ? kar yang berarti salju dalam bahasa turki ini adalah suatu keindahan yang Allah turunkan dari langit. Seperti hujan, salju juga sebuah rahmat. Namun sering datang tiba-tiba tanpa bisa diduga sebelumnya. Ya, sejatinya salju memang selalu turun dimusim dingin, tapi tidak selamanya seperti perkiraan.
Salju sering mengejutkan, sering tidak turun jika dinantikan, atau tiba-tiba saja sudah memutihkan seluruh pepohonan, atap rumah dan badan jalan. Seperti saya yang mempersiapkan banyak hal untuk menyambut musim salju, terlebih mempersiapkan stamina tubuh agar tetap fit. Musim dingin dan salju selalu istimewa dan dipersiapkan dengan matang oleh banyak orang.
Orang-orang yang tinggal di benua bermusim dingin, sudah terbiasa mempersiapkan segala keperluan sebelum memasuki winter. Mulai dari pakaian musim dingin hingga bahan makanan seperti paprika yang dikeringkan, rempah-rempah, ataupun teh yang akan menjadi penghangat nantinya.
Sebelum musim dingin tiba, mereka juga harus membersihkan gudang penyimpanan makanan. Karena lazimnya, orang-orang diluar mengurangi porsi bekerja selama musim dingin. Salah satu alasannya karena perbedaan waktu yang menjadikan hari-hari di musim dingin lebih singkat, dan malam-malam yang lebih panjang.
Bayangkan saja, pukul pukul lima sore sudah terlihat seperti tengah malam. Itulah kenapa persiapan alat-alat rumah seperti cerobong asap dan pemanggangan sudah menjadi hal yang wajib diperhatikan sebelum winter datang.
Karena mereka akan menghabiskan sebagian besar waktu didalam rumah. Ini pertemuan keempat saya dengan salju, musim dingin kesekian kalinya yang saya lewati di bumi Al-Fatih. Penantian saya masih dengan rasa yang sama, seperti awal saya menyiapkan segala persiapan dari Indonesia dengan perasaan deg-deg an tidak karuan untuk bisa melihat salju. Jangankan saya yang baru melihat salju untuk kali berikutnya di setiap akhir tahun, orang-orang di Negara empat musim yang sudah dibawa berjalan dibawah salju dari bayi, masih suka heboh dan meluapkan kegembiraan ketika salju pertama turun.
Sebelum melihat salju dengan nyata, dulu saya selalu memuja keromantisan gerimis. Tetesan-tetesan penuh arti anugerah dari sang pencipta. Gerimis selalu menjadi tempat manis untuk berpuisi cinta, teman yang selalu setia mendengar gelitikan perasaan. Banyak kisah yang saya titipkan pada gerimis. Tapi semua berbeda setelah saya mengenal salju.
Lagi-lagi saya dibuat terpesona olehnya. Saya jatuh cinta kepada bulir-bulir putih yang sedang turun diluar sana, bahkan sejak awal menatapnya ketika pertama kali menginjak bumi Ustmani. Di Attaturk Internasional Airport 2012 lalu, ya salju menyambut kedatangan saya dan teman-teman dari Aceh.
Oh snow, you really hipnotized many people! Salju itu penghipnotis terbesar menurut saya. sampai banyak orang tak lagi tampak akan “hitam”nya, termasuk saya kiranya. hanya putih dan kebahagian yang selalu menggambarkan salju. Faktanya, salju juga meninggalkan hal yang tidak selalu menyenangkan. Jalanan yang licin dan becek contohnya, sehingga membuat orang-orang jatuh, tergelincir, bahkan yang lebih tragisnya banyak kecelakaan yang merenggut nyawa manusia di musim salju.
Ironisnya di Negara-negara bersalju, beberapa kejadian mengenaskan ketika winter holiday sering bermunculan di populer topic media. Kecelakaan yang meningkat diakibatkan salju, jalan yang tertutup oleh bongkahan es, dan berbagai kesulitan lain yang ditimbulkannya. Beberapa kota Timur Turki yang tidak pernah kering akan salju seperti Kota Erzurum, Ardahan, dan Kars dan desa-desa kecil di dalamnya sering tertimbun oleh es salju ketika musim dingin. Jalanan tertutup, sehingga masyarakat tidak bisa keluar dari rumah beberapa bulan selama musim dingin.
Sampai untuk hajat mendesak sekalipun sulit untuk bisa terpenuhi, katakanlah untuk keperluan berobat ke rumah sakit misalnya. Seburuk apapun hal yang diakibatkan salju, tetap salju selalu dinanti-nantikan dengan penuh persiapan. Salju juga selalu saja menawarkan sebuah senyuman ketika awal melihatnya, bahkan bagi mereka yang terkena dampak negatif salju. Dan harus diketahui, Air yang dipakai di Negara ini juga sebagian besar berasal dari salju, bukan hujan.
Tanah turki adalah jenis tanah dari Negara-negara yang lebih banyak menyerap salju. Jadi bagaimanapun ceritanya, salju sesuatu yang ditunggu oleh masyarakat untuk kesuburan tanah dan tumbuhan. Musim dingin dan salju pastinya menjadi hal yang sangat menyedihkan bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal, tidak memiliki pakaian tebal dan boat sebagai penahan dingin yang mengikat tulang. Justru yang menarik disini, musim salju adalah musim berbagi di Negara Turki.
Musim salju dimanfaatkan oleh orang-orang Turki yang memiliki kelebihan harta untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Banyak sekali pos-pos bantuan sandang yang bergerak cepat mengumpulkan dan membagikan pakaian musim dingin untuk para tuna wisma yang sebagian besar adalah pengungsi dari Negara yang sedang berejolak seperti Syiria. Berbagi kebahagiaan bersama ketentraman yang dibawa salju. Lagi-lagi salju menghipnotis banyak orang, melunakkan hati-hati yang keras dan membuatnya lebih peka terhadap sesama.
Sangat benar bukan jika saya mengatakan salju adalah penghipnotis terbesar. Bagaimana salju mampu menghipnotis banyak orang ? bayangkan saja, banyak orang rela menghabiskan waktu mereka dengan hanya duduk dan memandangi keindahan serbuk putih berjatuhan dari jendela. Melupakan sejenak ribuan pekerjaan berharga lain dengan melakukan pekerjaan konyol yang tidak bernilai jika diukur.
Parahnya, ada yang sampai menghabiskan waktu berjam-jam bermain salju diluar rumah, membuat boneka salju, menaiki kereta gantung, ice skyting, dan jenis permainan salju lainnya di malam hari sekalipun. Tanpa memperdulikan rasa dingin yang mencekam.
Tidak pernah ada kata bosan untuk melakukan hal yang sama. Seperti saya yang tidak pernah bosan untuk selalu menantikan winter penuh pengharapan di Bulan Desember. Menantikan salju turun sambil menuliskan puisi-puisi cinta pada hati yang mulai dihujani salju.
Salju selalu saja membisikkan angin bahagia kepada siapapun yang memandangnya. Ada suatu ketentraman yang dibawanya bersama kebekuan. Itulah alasan mengapa penantian akan seorang istimewa itu diibaratkan salju, datang dengan sebuah kejuatan dan kebahagiaan.
Penulis | Wardatul Ula | Mahasiswa Turki Asal Indonesia
Editor | Karnoto | Chief in Editor | www.bantenperspektif.com