Published On:Selasa, 13 Desember 2016
Posted by Unknown
Kuliah Bukan Hanya untuk yang Berduit
Oleh | Suhenda
Dua tahun lalu ketika saya sedang menunggu pengumuman kelulusan dari SMA tempat saya menempuh pendidikan, saya banyak mengikuti banyak tes untuk bisa diterima di perguruan tinggi. Saya daftar ditiga perguruan tinggi sekaligus.
Pertama saya mendaftar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sekaligus mendaftarkan diri dibeasiswa bidikmisi. Kedua, saya mendaftar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulatan Maulana Hasanudin (SMH) Banten melalui jalur SPANPTKIN dan juga mendaftar beasiswa bidikmisi. Ketiga, saya mendaftar di Surya University lewat jalur test mandiri.
Singkat cerita, saya tidak diterima di Untirta dan di Surya University. Tinggal pengumuman dari panitia SPANPTKIN saja yang belum keluar. Pada waktunya, dihari pengumuman kelulusan SPANPTKIN saya diterima di IAIN "SMH" Banten.
Tapi saya tidak lolos untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi dan saya harus membayar Uang Kuliah Tunggal atau Biaya Kuliah Tunggal (UKT/BKT) sebesar Rp. 1.200.000 sebagai dana awal perkuliahan. Langsung kabar baik ini saya ceritakan ke orangtua di rumah.
Setiba di rumah saya ceritakan ke Emak dan Abah tentang kabar gembira ini. Apa kata mereka? "Alhamdulillah Ayi diterima kuliah mah. Abah jeng Ema mah cuma bisa ngadoakeun, tapi Eng Emak jeng Abah mah teu boga duit jeung mayaran kuliahna, kumaha mayaran kuliahna Ayi teu meunang beasiswa mah?"
Disitu saya terdiam, otak saya langsung berpikir bagaimana cara membayar uang kuliah? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Kemana saya mencari jawaban pertanyaan ini. Saya coba hubungi guru, teman dan keluarga saya yang lain untuk bisa menjawab pertanyaan ini.
Sampai akhirnya datanglah saya ke rumah seorang teman, saya ceritakan masalah saya. Dia kasih saran untuk terus melanjutkan kuliah di IAIN, walaupun tidak mendapatkan beasiswa bidikmisi, pasti ada beasiswa yang lain ketika sudah mengikuti perkuliahan.
Ada dua pilihan yang harus saya pilih. Pertama, melanjutkan tahap administrasi penerimaan mahasiswa baru di IAIN. Kedua, mondok di pondok pesantren salafiyah jika tidak dilanjutkan tahap administrasi mahasiswa baru.
Saya berpikir waktu itu, kuliah pake duit, mondok juga pake bekel duit. Dengan mempertimbangkan itu, saya pilih untuk melanjutkan tahap administrasi sebagai mahasiswa baru.Dengan tenang saya ucapkan ke Emak dan Abah, "Mak, Bah. Enda arek ngalanjutkeun kuliah bae. Abah jeung Emak tenang bae masalah bayaran kuliah mah, aya Allah. enda menta do'a na bae ti Emak jeung Abah".
Apa yang Terjadi?
Alhamdulillah...Emak dan Abah saya merestui dan mendoakan saya untuk kuliah. Sekarang saya sudah semester lima. Dan Alhamdulillah biaya persemester sebesar Rp. 1.200.000,- bisa lancar terbayar tanpa kendala. Dari mana uangnya? Dari orang tua saya. Terus dari mana orangtua saya bisa dapat uang itu? dari Allah SWT.
Ketika sudah mulai perkuliahan saya jarang sekali pulang ke rumah walaupun rumah saya hanya berjarak satu jam setengah perjalanan menggunakan motor dari tempat saya kuliah di Serang. Jujur saya belum bisa membiayai kuliah saya sendiri. Saya masih bergantung kepada orangtua.
Tapi saya tidak gunakan waktu luang saya untuk leha-leha. Saya doakan Emak saya, Abah saya untuk selalu diberikan kesehatan oleh Allah dan dilancarkan rizkinya oleh Allah Swt.
Sampai saat ini pun saya masih dibekali uang oleh Emak dan Abah kalo saya pulang ke rumah walaupun itu hanya 30 ribu ataupun 50 ribu.
Intinya, percayalah dengan kekuasaan Allah. Allah itu Maha Kuasa. Maha pemberi rizki. Setiap kesulitan selalu ada jalan keluar. Allah berikan jalan keluar itu kepada kita jika kita terus berdoa dan berusaha. Tetap semangat. Jangan sampai keterbatasan membuat kita tidak bisa menggapai mimpi kita untuk bisa lanjut kuliah.
Penulis | Mahasiswa IAIN SMH Banten
Calon Wakil Ketua Dewan Mahasiswa | Fakultas Ushuludin Dakwah dan Adab