Published On:Kamis, 25 Februari 2016
Posted by Unknown
Ratu Tatu Chasanah; di Rumah Saya Ikuti Protokoler Anak
Kalau di rumah protokoler diambil alih sama anak-anak. Jadi agenda saya ketika di rumah terserah anak-anak. Merekalah yang menentukan tujuan ketika hendak berjalan-jalan. Saya memang memberikan waktu libur menjadi milik mereka.
Dunia politik merupakan arena yang dinamis, penuh intrik,
menguras tenaga, pikiran dan mengoyak-ngoyak rasa dan perasaan. Tak sedikit
banyak politisi yang mengibarkan bendera putih alias menyerah dan memilih
menghindari keriuhan gelanggang politik.
Namun tak demikian bagi Ratu Tatu Chasanah,
ketua DPD Partai Golkar Propinsi Banten. Wanita berhijab ini tetap kokoh
berdiri hingga saat ini meski dihantam
badai.
Apa yang membuat ibu tiga anak ini kuat menahan dan memikul
beban berat selama ini? “Rasa lelah,
penat dan tertekan menjadi hilang dan berubah menjadi sinar semangat ketika
saya bertemu dan bercengkrama dengan anak-anak” kata Tatu kepada Banten Family
di rumah dinasnya di Kota Serang, Banten.
Setahun belakangan, wanita berhijab ini memang diguncang
badai yang cukup kencang sepanjang karir politiknya selama ini. Tatu mengaku sempat down, lelah dan terkulai,
tapi setelah melakukan perenungan melalui shalat malam dan memperketat ibadah,
bertemu dengan anak-anak dan ulama, ia
pun sadar bahwa kehadirannya masih dibutuhkan masyarakat. Ia pun bangkit dengan
segala potensi yang dimiliki. “Saya
belajar ikhlas dan selalu mengambil sisi
positif dalam setiap peristiwa. Saya punya keyakinan bahwa ketika Allah
memberikan ujian berarti itu terbaik untuk kami,” akunya.
BERIKAN KEBEBASAN EKSPRESI ANAK
Menjadi ketua DPD Partai Golkar Propinsi Banten, ketua
Palang Merah Indonesia (PMI) Propinsi Banten, wakil Bupati Serang dan beberapa
organisasi di Banten, menjadikan ia nyaris tidak memiliki waktu kosong dalam
setiap jamnya. Lalu bagaimana mengatur waktu bersama keluarganya?
Ternyata
wanita kelahiran Ciomas, Kabupaten Serang ini memiliki trik khusus. Wanita yang
sebelumnya menjadi pengusaha ini memanfaatkan teknologi untuk melakukan
komunikasi dengan keluarga. Ia membuat group khusus keluarga melalui WhatsApp,
dimana anggota groupnya adalah ketiga anaknya dan sang suami. Di group inilah
Tatu saling canda dengan keluarga termasuk mengontrol aktivitas anak-anaknya.
“Kadang-kadang ada cerita lucu, Ibu pun kirim komentar dan
kita saling canda. Jadi meskipun jauh kita seperti dekat dan duduk satu meja,”
kata Tatu yang menuturkan kalau ide group tersebut berasal dari anak-anaknya.
Dalam mendidik anak-anaknya, Tatu selalu memberikan kebebasan ekspresi bagi
ketiga anaknya tersebut, membiarkan potensi anak-anak berkembang dengan baik.
BANGGA DENGAN ANAK-ANAK
Ketiga anaknya tersebut memang memiliki bakat dan keunikan
masing-masing. Anak pertamanya lebih menyukai dunia pendakian dan arsitek. Tak
main-main, anak pertamanya tersebut berhasil menjadi salah satu tim yang terpilih
dalam ajang Arsitek Sinarmas Land Competiion 2014 dengan nilai pilot project
mencapai miliaran rupiah. “Saya tidak diberi tahu kalau dia (anak-red) ikut
kompetisi itu dan ternyata terpilih. Ketika tahu saya kaget karena memang
betul-betul tidak tahu,” aku Tatu.
Kini anak pertamanya tersebut berencana akan melanjutkan
studi pasca sarjananya di salah satu universitas di Fransisco, Amerika Serikat.
Sementara itu anak kedua dan ketiganya juga memiliki keunikannya sendiri. “Saya
sengaja membiarkan potensi anak-anak berkembang. Tak pernah saya mengatakan
bahwa kamu harus meneruskan ibu jadi politisi, sama sekali tidak. Sekarang
zaman modern, anak bisa menentukan masa depanya sendiri jadi tak perlu
dipaksa-paksa,” kata wanita yang telah menyelesaikan pasca sarjananya tersebut.
TAK ADA LAWAN POLITIK
Meski dalam posisi kuat secara politik, namun Tatu tak
pernah merasa besar apalagi menganggap orang lain sebagai lawan politik.
Menurutnya, siapa yang akan terpilih menjadi anggota dewan, bupati dan wakil
bupati, gubernur jabatan lainnya sudah ditentukan oleh sang pencipta. “Dalam
setiap momentum politik saya melarang keras tim saya untuk melakukan black
campaign.
Karena saya sadar bahwa siapa yang jadi dalam setiap perhelatan
pilkada sudah ditentukan oleh sang pencipta. Coba kalau kita melakukan black
campaign? Kan kita rugi dua kali, silaturahmi putus, kalah juga iya, rugi dua
kali kan?” Terang adik Ratu Atut Chosiyah ini dengan yakin.
Saat disinggung kritik masyarakat terhadap kepemimpinan dirinya, Tatu mengaku senang
meskipun terkadang ada bahasa-bahasa yang kurang enak didengar. Namun ia
menyadari bahwa kritik atau masukan dari masyarakat pada hakikatnya adalah
harapan yang dititipkan kepada dirinya. “Kalau soal bahasa saya memaklumi,
mungkin kemampuan mengolah bahasanya seperti itu. Saya tidak marah dan tetap
menghargai mereka karena saya sadar bahwa kemajuan suatu daerah tidak mungkin
dilakukan oleh seorang kepala daerah, namun butuh support dari seluruh eleman
masyarakat,” ujarnya.
Ia bermimpi suatu
saat daerah yang dipimpinnya akan mengalami kemajuan yang luar biasa. Andaikan
bukan dirinya yang menjadi pemimpin, Tatu tetap merasa bangga ketika melihat
tanah kelahirannya maju dan sumber daya manusianya bisa bersaing dengan daerah
lain. “Kita harus bekerjasama dan tak perlu saling caci maki, meski ada
perbedaan itu hal lumrah sering terjadi,” katanya. Gaya politik inilah yang
diyakini wanita berhijab ini mulai luntur sehingga perlu ada orang yang berani
mengembalikan culture politik semacam itu.
Jalur persuasif ini pula yang mengantarkan Tatu lebih banyak
diterima disemua kalangan, baik politisi, birokrasi maupun eleman masyarakat
lain. Sepanjang wawancara, Banten Family diajak berpikir tentang politik dan
takdir Illahi. “Mau diapa-apain, mau curang atau menjelekan lawan kalau Allah
tidak memberikan izinnya maka tetap saja kuasa Allah yang menang,” kata Tatu
dengan penuh keyakinan.
Kini di perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada)
serentak, tepatnya pemilihan Bupati Serang, Tatu kembali mencalonkan diri
sebagai kepala daerah. Hanya saja, pada perhelatan lima tahun silam ia menjadi
wakil bupati, kini ia maju sebagai calon Bupati Serang berpasangan dengan
Pandji Tirtayasa, mantan birokrat di Pemkab Serang. Diprediksi, Tatu akan
memenangkan kompetisi ini dengan mulus.
Selain kekuatan partai pendukung yang dominan, Tatu juga
ditopang oleh jejaring yang cukup luas. Tentang popularitas juga Tatu dinilai
unggul dibandingkan calon lainnya, Syarif-Aep. Tatu maju didukung sejumlah
partai besar, yaitu Golkar, PK Sejahtera, PDI Perjuangan, Demokrat.
Sementara
pesaingnya didukung Partai Hanura, Gerindra, PBB. Meski potensi menangnya cukup
besar, namun Tatu tidak mau membusungkan dada. “Semua sudah ada yang mengatur,
tugas kita sebagai manusia hanya berusaha selanjutnya kita serahkan kepada
Allah SWT, kita lihat bagaimana takdirNya,” katanya.
Hasil Wawancara Banten Family dengan Ratu Tatu Chasanah